Induk KUD Kerjasama Pengolahan Ubi Kayu Dengan Malaysia
Jakarta, Induk KUD — Indonesia beruntung diberkahi lahan yang luas dan subur. Berbagai tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik, diantaranya ubi kayu. Produksi ubi kayu Indonesia terhitung paling besar yaitu 28 juta ton/tahun, sedikit di atas China yang bisa memproduksi hingga 26,6 juta ton/tahun. Namun dengan produksi ubi kayu mentah sangat berlebih, pasokan produk ubi kayu olahan khususnya tepung tapioka masih sangat minim. “Untuk itu pemerintah Indonesia perlu mendorong dan memberikan insentif bagi pembangunan pabrik tapioka karena menopang kebutuhan tepung ubi kayu bagi industri di dalam negeri. Apalagi, kebutuhan tersebut terus meningkat impor pun bisa ditekan”, demikian disampaikan Direktur Utama Induk KUD, Portasius Nggedi disela-sela Penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) Kerjasama Dibidang Pembibitan, Teknologi dan Investasi antara Induk KUD dengan Syarikat Mercu Bumi Raya Sdn Bhd dan Pertubuhan Peladang Negeri Terengganu serta Upacara Peresmian Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pertanian Bidang Ubi Kayu pertama di Tembila, Besut, Terengganu-Malaysia, Minggu, 15 Januari 2017.
Selanjutnya Portasius Nggedi menyatakan, petani di negara ini (Malaysia) sangat beruntung dan harus mengambil kesempatan meningkatkan hasil pendapatan mereka karena pemerintah Malaysia menyediakan berbagai insentif untuk memajukan bidang pertanian. Portasius Nggedi menambahkan bahwa berbagai bantuan yang diterima oleh petani ini tentunya dapat membantu mereka mengusahakan tanaman mereka dengan lebih baik. “Petani di Malaysia memang beruntung karena mereka sering dibantu oleh pemerintah karena itulah kesempatan mereka untuk memajukan bidang pertanian ini cukup luas”.
“Di Indonesia kita membutuhkan banyak bahan makanan termasuk ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, juga dapat mengekspor ubi kayu karena kami sudah ada kerjasama dengan beberapa perusahaan dari China, untuk itu kita siap membeli ubi kayu dari Malaysia,” tambah Portasius Nggedi.
Selanjutnya Portasius Nggedi mengatakan, pihaknya siap membantu untuk memasarkan hasil pertanian di negeri ini dan bekerjasama memajukan bidang pertanian di kedua negara. “Kami sudah punya pengalaman mengelola pabrik di Indonesia dan saat ini sedang membangun pabrik dengan kapasitas 1.600 ton per hari ubi kayu di Propinsi Bangka-Belitung. Untuk itu kami juga siap membangun pabrik di sini untuk memproses hasil pertanian jika diberi kesempatan karena bidang pertanian ini dapat menghasilkan pendapatan yang baik kepada penduduk setempat,” pungkas Portasius Nggedi. (TAB)