Usung Tema Koperasi Pertanian Pada Seminar ICAO

Turki, Induk KUD – Koperasi dapat mengurangi peran broker dalam kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi anggota. Dengan kata lain, kehadiran koperasi dapat memperpendek daur pemasaran sebuah produk. Namun rendahnya partisipasi anggota (modal, memanfaatkan pelayanan, pengambilan keputusan, pengawasan, dan penanggungan resiko) masih menjadi hambatan bagi koperasi itu sendiri. Untuk itu, konsep penjualan bersama, pembelian bersama, dan pembiayaan bersama antar anggota koperasi menjadi hal penting untuk dilakukan.
Demikian salah satu kesimpulan joint seminar International Cooperatives Agricultural Organization/European Agricultural Cooperatives (ICAO/COGECA) bertema Agricultural Cooperatives: Innovations and Opportunities in 21st Century, di Antalya, Turki, (3-5 Mei 2011).
Salah satu kesimpulan tersebut merupakan hasil penyampaian presentasi Sekretaris Perusahaan Induk KUD Yuzri Suhud yang menjadi salah satu pembicaranya. Yuzri menggantikan Ketua Umum Induk KUD Herman Y. L. Wutun yang berhalangan hadir dalam memenuhi undangan menjadi pembicara pada seminar ICAO tersebut.
Yuzri yang menjadi pembicara pertama dalam tiga sesi di hari pertama seminar mengangkat tema Business of Agriculture Co-op in Indonesia. Selanjutnya yang menjadi pembicara adalah utusan The Indian Farmers Fertilizer Cooperatives Limited(IFFCO) Subhash C. Jain dengan tema: New Coop Management of India Cooperatives. Kemudian Coop Expo: Opportunity to Trade Among Coops disampaikan mantanDirector General ICA Global, Ian Macdonald.
Pada presentasi yang dimoderatori Prof Huseyin Polat, Yuzri menyampaikan potensi bisnis produk pertanian di Indonesia, karena sebagian besar komoditi pertanian tersebut belum seluruhnya bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Diantara komoditi tersebut ialah susu, daging sapi, dan beras.
Dalam hubungan antara koperasi dengan pengentasan kemiskinan, Yuzri mengatakan, perlunya peningkatan nilai tambah bagi produk pertanian (tidak hanya menjual bahan mentah), mengurangi peran broker (tengkulak), pendidikan dan pelatihan sumber daya petani, dan menciptakan kodisi sosial dan ekonomi yang lebih baik bagi anggota.
Terhadap tantangan yang dihadapi koperasi di Indonesia, Yuzri menyampaikan, masih tingginya praktek kapitalis yang menguasai hampir seluruh sektor permodalan dan jaringan. Hal itu belum sepenuhnya menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan perlindungan melalui pendekatan bisnis. Disamping lemahnya dukungan pemerintah, teknologi pertanian tepat guna, efektivitas jaringan, dan lemahnya partisipasi anggota koperasi yang masih menjadi tantangan bagi perkembangan koperasi di Indonesia.
Seminar ICAO/COGECA itu berlangsung selama dua hari dan dihadiri oleh 200 peserta berasal dari Turki, Jerman, Norwegia, Irlandia, Perancis, Jepang, Korea, Indonesia, India, Inggris, dan Uganda. (ID)